Harga: Sekitar Rp19 Juta ke atas
Kelebihan:
+ Noise sangat rendah
+ Autofokus cepat
+ Dynamic range gambar luas
+ Bodinya ramping
Kekurangan:
- Recording time ke kartu memori masih lambat
- Pemilihan AF point kurang ergonomis
Kelebihan:
+ Noise sangat rendah
+ Autofokus cepat
+ Dynamic range gambar luas
+ Bodinya ramping
Kekurangan:
- Recording time ke kartu memori masih lambat
- Pemilihan AF point kurang ergonomis
Highlights:
Dengan sensor yang besar, EOS 6D menjanjikan kualitas gambar yang mengesankan bagi penggemar fotografi. Harganya yang ekonomis serta ukurannya yang kompak akan membuat kamera ini bakal menjadi idaman banyak orang. Era kamera pro ekonomis telah dimulai.
Dengan sensor yang besar, EOS 6D menjanjikan kualitas gambar yang mengesankan bagi penggemar fotografi. Harganya yang ekonomis serta ukurannya yang kompak akan membuat kamera ini bakal menjadi idaman banyak orang. Era kamera pro ekonomis telah dimulai.
CHIP.co.id - Apa istimewanya kamera bersensor besar?
Pertanyaan seperti ini seringkali terlontar dari sejumlah teman yang
umumnya baru menekuni hobi fotografi saat akan memilih kamera.
Penting
untuk kita ketahui, intensitas cahaya yang jatuh ke sensor kamera
berpengaruh besar pada kualitas gambar. Dengan ukuran sensor yang besar,
sebuah kamera bisa menangkap cahaya dengan intensitas yang lebih besar
dibanding kamera bersensor kecil. Imbasnya, sensor pun bisa menyediakan
materi data digital yang lebih banyak untuk diolah oleh prosesor kamera.
Hal ini memberi keuntungan pada kamera saat dipakai pada kondisi minim
cahaya untuk bisa menangkap lebih banyak cahaya.
Sayangnya, produsen kamera tidak bisa sembarang memasang sensor besar
pada kameranya. Sampai saat ini, sensor merupakan komponen kamera yang
masih mahal. Hal ini yang membuat tidak semua penggemar fotografi mampu
menjangkau harga kamera bersensor besar tersebut. Selain itu, ukuran
sensor juga mempengaruhi ukuran kameranya. Umumnya, semakin besar
sensornya, ukuran kamera pun jadi lebih besar dan lebih berat.
Lewat EOS 6D, Canon pun mencoba memberikan kamera DSLR full-frame
dengan harga yang lebih terjangkau. Full-frame adalah istilah untuk
kamera yang menggunakan sensor berukuran besar, setara dengan ukuran
film 35 mm. Yang membuatnya menarik, ukurannya lebih kecil dibanding
DSLR full-frame yang lain. Dengan dimensi hanya 144,5 x 110,5 x 71,2 mm
serta bobot 755 gram, ukurannya lebih kecil dibanding EOS 5D Mark III.
Bahkan lebih ringan kalau dibanding EOS 7D yang menggunakan sensor
APS-C.
Dengan ukuran tersebut, EOS 6D terasa lebih nyaman saat dibawa dalam
perjalanan. Beberapa rekan redaksi yang sudah lama memegang dan mengenal
beragam kamera DSLR pun merasa antusias dengan ukurannya yang tidak
terlalu berat. Bahkan EOS 6D terasa nyaman saat dipegang karena punya
grip pegangan yang besar.
Kompromi Harga dan fitur
Dengan banderol di bawah 20 juta rupiah, tidak bisa dipungkiri EOS 6D
sangat menarik perhatian. Dengan sensor besarnya, kamera ini menjanjikan
potensi besar untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi. Namun,
untuk menekan harga dan tidak merebut pasar DSLR amatirnya, Canon pun
melakukan sejumlah kompromi pada beberapa fitur pentingnya.
EOS 6D tidak dilengkapi dengan built-in flash. Ini menjadi ciri khas
pada kamera DSLR profesional. Tapi, desain serta mekanisme
pengoperasiannya lebih mirip dengan EOS 60D yang masuk ke kategori semi
profesional. Alih-alih memakai joystick untuk mengatur titik fokus dan
menu kamera seperti di EOS 5D Mark III, tombol pengatur kameranya
mengadopsi sistem yang ada pada EOS 60D.
Salah satu kompromi paling nyata, kamera yang telah dilengkapi dengan
fitur built-in wi-fi dan GPS ini hanya menggunakan 11 sensor autofokus.
EOS 5D Mark III, seri profesional yang harganya memang jauh di atasnya,
menggunakan 61 sensor AF. Jumlah sensor AF-nya bahkan lebih sedikit
dibanding EOS 7D (19 sensor AF) yang masih menggunakan sensor APS-C yang
sudah diluncurkan lebih lama.
Untungnya, dengan sensor autofokus yang terbatas, performa autofokusnya
terbilang cukup baik. Saat redaksi CFVD mengujinya dengan lensa Tamron
SP 70-200 mm f/2,8 Di USD VC untuk memotret burung laut di pantai Wedi
Ombo, Yogyakarta, autofokusnya terhitung mampu mengejar objek bergerak
dengan cepat. Cukup mengesankan untuk ukuran kamera yang hanya memiliki
11 sensor autofokus karena memotret burung yang aktif bergerak seperti
foto di bawah ini memang cukup sulit. Apalagi, pemotretannya menggunakan
lensa third party.
Canon EOS 6D * f/4 * 1/3200 detik * ISO1600 * 200mm
Saat kamera ini digunakan di malam hari, bahkan dalam kondisi cahaya
yang sangat minim sekalipun, autofokusnya tetap bekerja dengan cukup
cepat. Secara keseluruhan, hampir tidak ada kelemahan pada autufokusnya.
Fitur lain yang ditekan Canon adalah viewfinder dengan cakupan 97%
untuk membuat bodinya jadi lebih ringkas. Namun demikian, viewfinder
tersebut cukup memberi kenyamanan karena masih terasa lebar dan terang
saat kita menggunakannya untuk membidik gambar.
Untuk pengambilan gambar secara beruntun, kecepatannya hanya 4,5 frame
per detik. Sekali pemotretan, dengan format RAW + JPEG, EOS 6D hanya
merekam hingga 7 frame gambar. Permasalahannya, recording time untuk
menyimpan gambar ke kartu memori cukup lambat. Untuk 7 frame gambar RAW +
JPEG pada resolusi tertinggi diperlukan waktu penyimpanan di atas 10
detik. Dengan keceptan seperti ini, EOS 6D kurang cocok untuk penggemar
fotografi olahraga. Tidak seperti kamera profesional lain yang umumnya
memberi dua slot kartu memori, EOS 6D hanya memiliki satu slot kartu
memori untuk tipe SD/SDHC/SDXC.
Canon EOS 6D * f/5.6 * 1/1600 detik * ISO1600 * 200mm
Yang paling menarik adalah fitur wi-fi-nya. Memang, Canon bukan yang
memelopori penerapan teknologi ini di kamera. Tapi, saat ini masih belum
banyak kamera yang menerapkannya. Dengan adanya fitur tersebut kita
bisa melakukan pemotretan dengan menggunakan smartphone sebagai remote
controlnya.
Kita tinggal mengunduh aplikasi EOS Remote dari Google Play Store yang
bisa diunduh secara gratis. Instalasinya dapat dilakukan dengan mudah.
Saat dicoba diaplikasikan pada HTC One X, fungsi remote control lewat
koneksi wi-fi masih bekerja dengan baik dari jarak 10 m.
Dengan aplikasi EOS Remote tersebut, scene pemotretan dapat dilihat
secara liveview di layar smartphone. Yang menarik, kecepatan autofokus
EOS 6D di saat kita menjalankan pemotretan dengan EOS Remote justru
lebih cepat dibanding saat menggunakan fitur live view di layar LCD-nya.
Saat pemotretan dilakukan dengan high-angle menggunakan monopod,
keberadaan fitur ini sangat membantu pengguna untuk mendapatkan
sudut-sudut pemotretan yang tidak lazim dengan komposisi yang
akurat.
Hasil Bidikan Mengesankan
Untuk melengkapi sensornya yang besar, Canon pun mengombinasikannya
dengan prosesor generasi Digic 5+ untuk menghasilkan gambar beresolusi
20,2 Megapixel. Prosesor generasi terbaru yang dimiliki Canon. Perpaduan
tersebut dapat memacu sensitivitas kamera sampai ke ISO 102.400. Dengan
sensitivitas setinggi ini, pengguna pun bisa berbuat banyak di situasi
minim cahaya tanpa harus menggunakan flash eksternal.
Lalu, bagaimana dengan gambar yang dihasilkannya? Untuk mendapatkan
jawabannya, redaksi CFVD pun melakukan pengujian lapangan terhadap EOS
6D baik di siang hari maupun malam hari. Saat digunakan untuk merekam
suasana pasar malam di Alun-alun Utara, Keraton Yogyakarta, yang rutin
diadakan setiap tahun berbarengan dengan Sekaten untuk memperingati
perayaan Maulid Nabi, hasilnya sangat memuaskan.
Sampai di ISO 3200, gambar yang bakal kita hasilkan masih bisa terbebas
dari noise. Sedikit noise mulai muncul di ISO 6400. Sampai di ISO
12.800, noise yang muncul masih terbilang wajar. Gambar yang diambil
dengan ISO 12.800 juga masih layak untuk digunakan.
Performanya di ISO tinggi pun memberi keuntungan besar saat kita tidak
memiliki lensa cepat di malam hari. Untuk mendapatkan kecepatan
shutter tinggi, pengguna dapat menaikkan nilai ISO-nya tanpa perlu
mengkhawatirkan hasilnya. Contohnya, untuk mendapatkan kecepatan shutter
hingga 1/100 detik pada foto anak yang bermain trampolin seperti pada
gambar di samping ini dengan lensa Canon 17-40 mm f/4, sensitivitas
kamera harus dinaikkan hingga ISO 3200. Hasilnya, noise yang muncul
belum berasa.
Canon EOS 6D * f/4 * 1/3200 detik * ISO3200 *17mm
Ada satu hal yang perlu diperhatikan dari EOS 6D. Kamera ini
menghasilkan gambar dengan karakter ketajaman yang sedikit lembut. Untuk
mendapatkan gambar dengan ketajaman yang lebih menonjol disarankan
untuk meningkatkan parameter “sharpness” pada pilihan picture style-nya.
Dengan sedikit menaikkan parameter ‘sharpness” hanya satu strip dari
posisi default-nya, kita sudah bisa mendapatkan gambar dengan tingkat
ketajaman seperti pada foto relief yang menghiasi Candi Sewu di atas
ini.
Tidak hanya ketajamannya saja yang baik, kamera yang dilengkapi dengan
fitur Auto Lighting Optimizer dengan tiga level pilihan tersebut juga
menunjukkan punya dynamic range yang luas. Contohnya adalah foto di
bawah ini. Death area yang terkena sinar matahari langsung dengan yang
tidak masih terekam dengan cukup baik. Padahal, foto tersebut diambil
sekitar pukul 10 siang di mana kontrasnya sudah cukup keras. Kualitas
tersebut masih diimbangi dengan kemampuan kamera mereproduksi warna
gambar yang natural dengan tingkat kecerahan yang tidak kalah menawan.
Canon EOS 6D * f/8 * 1/125 detik * ISO100 * 200mm
Hal terakhir yang coba dikenali redaksi CFVD adalah fitur video dari
EOS 6D. Tidak bisa dipungkiri, saat ini Canon dikenal sebagai salah satu
produsen kamera dengan fitur video yang sangat baik. Rupanya,
perfomanya yang baik di foto juga terbawa di fitur videonya. Videonya
tetap mampu menghasilkan gambar dengan kualitas yang mengesankan.
Yang menarik, saat fitur video dengan resolusi 1080p-nya berjalan,
pengguna masih bisa mengambil foto still. Autofokusnya pun masih
berjalan di mode video. Hanya saja, cara ini harus diperhitungkan
masak-masak karena suara shutter saat merekam foto bisa masuk ke video.
Suara tersebut sangat mengganggu saat hasil rekamannya diputar ulang.
Selain itu, autofokus di mode video yang bekerja dengan sistem kontras
AF terbilang sangat lambat. Disarankan Anda tetap menggunakan pengaturan
fokus manual saat sedang merekam video.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar